Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Mulyono menilai, positif wacana tersebut. Selama ini, tindak pidana terorisme seluruhnya dilakukan oleh Densus 88 di bawah naungan Polri.
"Yang penting TNI siap untuk dilibatkan apapun. Tanggapan oke oke saja," kata Mulyono saat ditemui di Gedung Serba Guna, Markas Besar TNI AD, Jl Veteran Nomor 5, Jakarta Pusat, Selasa (30/5).
Mulyono mengaku justru senang jika TNI diberi tugas terjun ke hutan guna mencari sarang teroris. Dia mengibaratkan tugas itu seperti hari raya Idul Fitri.
"Tentara kalau di hutan itu segar, kaya lagi hari Raya Idul Fitri," kata Mulyono.
Salah satu anggota Panja RUU Antiterorisme, Arsul Sani mengatakan, definisi teroris menjadi penting karena di masyarakat. Saat ini ada semacam perasaan tidak adil terkait tindakan teror. Dirinya pun membandingkan dua kasus terorisme yang pernah terjadi sebelumnya.
"Kan saat ini di masyarakat tidak bisa dipungkiri, ada dalam tanda kutip perasaan, belum tentu benar ya, terdiskriminasi. Contoh, yang selalu paling disebut kan begini, begitu ada peristiwa bom buku yang dikirimkan kepada komunitas Utan Kayu, Ulil, disebut terorisme tetapi yang di Alam Sutera itu tidak disebut terorisme, yang di mal itu," pungkas Asrul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (30/5).
Apalagi, Ia mengatakan bahwa masyarakat Indonesia dan dunia masih menganggap terorisme dilakukan kelompok Islam. "Itu yang kemudian menimbulkan ada sekelompok masyarakat yang merasa terdiskriminasi dengan pemahaman yang berkembang. Seolah-olah kalau terorisme dilakukan kelompok Islam, ditujukan anti-Islam, maka itu terorisme," ujarnya.
sumber : merdeka.com