Mengenal Sumpit, Senjata Suku Dayak yang Ditakuti Belanda

08.11
Senjata sumpit suku Dayak, Kalimantan, lebih ditakuti daripada senjata api. Ia tidak menimbulkan kegaduhan sebagaimana umumnya senjata-senjata jarak jauh, baik saat ditembakkan maupun saat mengenai sasaran. Dengan racun mematikan, sumpit dirancang bukan sekedar untuk melumpuhkan sasaran tembak, melainkan untuk membunuh.

Kekuatan racun dari senjata sumpit suku Dayak bermacam-macam, namun kesemuanya mampu mematikan korban hanya dalam waktu beberapa menit saja. Dan konon, menurut banyak sumber, tidak ada penawar untuk racunnya, sehingga apapun dan siapapun yang terkena racun ini dipastikan akan segera mati.

Senjata Pasukan Hantu

senjata sumpit suku dayak lebih berbahaya daripada senjata api keampuhan sumpit Dayak sangat ditakuti Belanda pada jaman penjajahan dulu, sehingga karenanya pendudukan Belanda di kalimantan hanya mencakup bebarapa wilayah kalimantan kota, dan tidak mampu menyentuh pedalaman Kalimantan di mana Suku Dayak tersebar.

Dengan sistem tempur gerilya, pasukan Dayak mengendap dan menembakkan sumpitnya dari jarak yang cukup jauh, bisa sampai 200 meter. Tanpa kegaduhan yang berarti mereka membunuh pasukan Belanda yang bahkan tidak tahu dari arah mana mereka diserang. Karena itulah pada masa itu muncul julukan “pasukan hantu” bagi gerilyawan Dayak, dan sumpit itulah yang menjadi senjata pasukan hantu.

Bagaimana tidak ditakuti, perbandingan tingkat bahaya yang diancamkan sumpit jauh lebih tinggi ketimbang senjata modern Belanda pada masa itu. Orang yang tertembak peluru di bagian tubuh yang tidak fatal hanya akan menderita sakit. Jika bersarang di tubuh, peluru tinggal dikeluarkan dan dengan pengobatan secukupnya, korban penembakan akan sembuh dalam waktu relatif singkat. Tetapi sumpit sebaliknya, di bagian tubuh manapun korban tertembak, cepat atau lambat (relatifitas waktu hanya hitungan menit) dipastikan akan mati.

Racun Mematikan, Tapi Daging Hewan Buruan Bisa Dimakan

Selain sebagai senjata perang, sumpit Dayak juga digunakan untuk berburu binatang hutan untuk dikonsumsi. Nah, inilah yang belum saya mengerti. Bahwa racun yang digunakan sangat mematikan, tetapi hewan buruan yang mati terkena racun sumpit itu bisa dimakan. Mereka hanya perlu membuang bagian daging di sekitar luka tembak hanya karena rasa dagingnya menjadi tidak enak, bukan karena bahaya racunnya. Semoga ada diantara anda yang bisa membantu saya memahami hal ini.

Warisan Budaya Indonesia dan Perkembangannya

Suku Dayak Kalimantan memang bukan satu-satunya yang menggunakan sumpit sebagai senjata, suku asli Amerika selatan dan kaum Samurai Jepang juga menggunakannya. Suku Dayak pun tidak hanya menggunakan sumpit sebagai senjata. Di antara yang lainnya, mereka menggunakan mandau (pedang/golok), lonjo (tombak), dan telawang (perisai). Meskipun demikian, kini saya hanya akan berfokus pada senjata sumpit suku Dayak saja.
senjata sumpit suku Dayak: menyumpit sebagai cabang olahraga.

Saya belum mendapatkan keterangan pasti kapan suku Dayak mulai menggunakan senjata Sumpit, tapi meninjau pola hidup di pedalaman hutan di mana perburuan hewan untuk dikonsumsi serta peperangan antar anak suku yang dikisahkan banyak terjadi jauh di masa lalu, yang membuat suku Dayak tersebar di seluruh pulau Kalimantan, diperkirakan sumpit muncul di awal-awal pertumbuhan peradaban suku Dayak.

Hingga kini, sebagai perangkat adat, senjata sumpit suku Dayak masih tetap lestari. Bahkan pada perkembangan di jaman sekarang, selain sebagai senjata, sumpit dibuatkan replikanya untuk kebutuhan kesenian dan wisata etnis. Oleh para seniman, sumpit dan kegiatan menyumpit ditransformasi ke dalam bentuk tarian. Sedangkan untuk para wisatawan yang datang ke kalimantan, tersedia juga berbagai macam replika sumpit untuk cindera mata. Selain itu, keterampilan menyumpit dijadikan sebagai sebuah cabang olah raga yang diperlombakan. untuk fungsi-fungsi ini, keberadaan racun mematikan tentu saja disingkirkan.

Struktur Sumpit

Senjata sumpit suku Dayak terdiri dari tiga bagian utama, yakni batang sumpit (berbentuk pipa), anak sumpit (damek) dengan racun pada matanya, dan mata tombak (sangkoh) terbuat dari logam atau batu gunung. Sangkoh ini dipasang di ujung batang sumpit dengan fungsi seperti sangkur pada senapan, yakni sebagai senjata cadangan yang dipergunakan pada pertempuran jarak dekat.
perlengkapan senjata sumpit suku Dayak 

Amunisi sumpit, damek, ditempatkan pada sebuah wadah (telep) yang biasanya berkapasitas 50-100 damek. Pada batang damek yang biasanya berukuran panjang 15 cm itu, terdapat dua bagian penting yang dengannya damek melesat dengan cepat tanpa suara dan menembus tubuh sasaran tembak dan membunuhnya; ialah mata damek yang runcing dan beracun di bagian kepala, serta lilitan kapas atau bahan lain di bagian ekor yang berfungsi untuk menjaga akselerasi damek pada saat melesat.

Cara Penggunaan Sumpit

Bagaimana bisa sumpit yang ditembakkan hanya dengan cara ditiup bisa melesat sejauh puluhan meter, bahkan konon mampu mencapai sasaran tembak hingga jarak 200 meter?

Sumpit adalah senjata jarak jauh yang mengandalkan kemampuan pengolahan napas si pemakai senjata tersebut sebagai pemicu utamanya. Tentu saja ada teknik pengolahan tersendiri dalam yang harus dikuasai penyumpit, yang berbeda dengan pengolahan napas untuk kebutuhan lain, meniup seruling atau pipebag, misalnya. Hanya yang ingin saya garis bawahi dalam hal ini adalah, bahwa napas adalah sumber daya energi yang bisa dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan-kebutuhan yang bahkan sebelumnya tidak pernah terbayangkan.
tekhnik penggunaan senjata sumpit suku Dayak

Tekhnik pernapasan akan berhubungan langsung dengan posisi tubuh penyumpit. Lazimnya, Sumpit digunakan dengan posisi tubuh berdiri atau berjongkok. Kedua posisi ini sangat memudahkan penyumpit memampatkan napasnya dan meledakkannya atau meniup dengan seketika melalui mulut, mendorong damek yang ada pada lubang sumpit. Begitu pun, cara memegang sumpit sangat berpengaruh akurasi tembakan. Cara yang benar memegang sumpit adalah kedua telapak tangan harus menghadap ke atas. Kedua telapak tangan itu sebaiknya berdekatan atau bersentuhan.

Tingkat konsentrasi yang tinggi pada sasaran tembak sangat dibutuhkan .
Menyumpit, sebagaimana halnya sebuah keterampilan, adalah kemampuan yang diraih oleh kebiasaan atau latihan. Semakin banyak berlatih, kemampuan menyumpit tentu akan semakin tinggi.

Nilai Budaya Sumpit Dayak

Senjata sumpit suku Dayak bukanlah sekedar sebatang kayu yang bagian tengahnya dilubangi. Sumpit bukan juga sekedar senjata pembunuh. Terlebih dari semua itu, sumpit merupakan sebuah indigenous technology masyarakat Dayak yang dihasilkan dari proses persentuhan manusia dengan alam dan segala fenomenanya. Sumpit merupakan pengejawantahan pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan lokal yang berkembang dalam masyarakat Dayak.

Secara garis besar, terdapat empat nilai luhur yang terkandung dalam sumpit, yaitu Perjuangan bertahan hidup (survival struggling), pemahaman terhadap kehidupan (understanding for natural life), keterampilan (skill), dan sakral (sacred values).

Perjuangan Bertahan Hidup (Survival Struggling)

Setiap manusia akan senantiasa membentuk dan menciptakan sesuatu yang mampu menjamin keberlangsungan hidupnya. Kondisi alam yang berupa hutan belantara dengan pohon-pohon besar dan binatang buas menuntut masyarakat Dayak untuk membuat senjata yang mampu menjangkau sasaran yang berada di atas pohon maupun yang berada di balik rerimbunan.

Keberadaan racun pada anak sumpit merupakan antisipasi dari kemungkinan binatang buruan atau musuh tidak dapat dilumpuhkan, misalnya karena jarak jangkaunya cukup jauh maupun faktor alam lainnya seperti kuatnya hembusan angin sehingga tembakan tidak telak mengenai sasaran. Dengan racun ini, maka cukup dengan tergores saja, sasaran akan mati. Jika binatang buruan atau musuh tidak terkena bidikan, dan bahkan balik menyerang dengan cukup cepat, maka sangkoh yang berada pada ujung pipa sumpit yang terbuat dari kayu keras segera berubah menjadi tombak dan dengan sendirinya menjadi senjata pertahanan diri yang cukup efektif pada pertempuran jarak dekat.

Pemahaman Terhadap Kehidupan (Understanding for Natural Life).

Penggunaan sumpit dengan segala keterbatasannya mengharuskan orang Dayak mengetahui dan memahami kondisi dan potensi alam yang mereka tempati. Racun yang digunakan untuk mengolesi damek, misalnya, merupakan bukti pemahaman mereka terhadap potensi yang dikandung oleh tumbuh-tumbuhan.

kearifan lokal suku Dayak

Mereka juga harus pandai menghitung waktu dan membaca arah angin, sehingga pemanfaatan sumpit bisa berfungsi dengan maksimal. Misalnya, untuk menyumpit maka seseorang tidak boleh berlawanan atau memotong arah angin, karena bisa menyebabkan bidikan melenceng dari arah sasaran.

Selain itu, dalam berburu mereka tetap mempertimbangkan kelestarian alam dan segala yang hidup di dalamnya. Hal ini misalnya dapat dilihat dari aturan tidak tertulis bahwa berburu hanya boleh dilakukan pada saat tertentu dengan tujuan tertentu, misalnya untuk lauk-pauk.

Keterampilan (Skill)

Agar senjata sumpit suku Dayak dapat berfungsi secara maksimal, maka diperlukan keterampilan khusus sejak pembuatan sampai ketika menggunakannya. Pada tahap pembuatan misalnya, seseorang harus benar-benar ahli untuk membuat lubang lurus pada kayu. Jika lubang yang dibuat tidak lurus, maka sumpit yang dihasilkan tidak akan berfungsi secara maksimal. Demikian juga ketika hendak menggunakan sumpit, harus menguasai tehnik-tehnik khusus yang hanya dapat dilakukan dengan latihan-latihan. Dengan latihan-latihan tersebut, maka seseorang akan mempunyai keterampilan khusus.

Sakral (Sacred Values)

Ketika sebuah alat menjadi faktor determinan dalam kehidupan masyarakat, maka biasanya alat itu akan segera dikonstruksi menjadi benda sakral, demikian juga dengan sumpit. Jika pada awalnya sumpit diciptakan untuk berburu atau berperang, namun karena posisinya semakin determinan dalam kehidupan orang Dayak, maka ia lambat laun mempunyai nilai sakral. Hal ini misalnya dapat dilihat dari penggunaan senjata sumpit suku Dayak sebagai pelengkap upacara dan bahkan mas kawin dalam pernikahan orang Dayak.


Mengharukan, Ketika Prabowo Menolak Panggilan Sekolah Perwira demi Selesaikan Misi Perang

19.29
Malam itu Prabowo Subianto mengumpulkan seluruh anak buahnya. Dia sadar prajuritnya resah lantaran selentingan beredar dia bakal ditarik ke Jakarta buat mengikuti sekolah lanjutan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat.

"Saya tahu kalian sudah dengar saya mau sekolah, tapi saya tidak akan pulang. Biar adik-adik saya sekolah dulu tidak apa-apa," begitu kata Kapten Infanteri Prabowo Subianto kepada prajuritnya dari Satuan Penanggulangan Teror 81 Komando Pasukan Khusus saat menjalani operasi militer di Timor Timur pada 1983. Prabowo ketika itu mendapat panggilan untuk mengikuti sekolah lanjutan perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat buat naik pangkat menjadi mayor.

Dia menolak panggilan sekolah itu demi menyelesaikan misi di wilayah bekas jajahan Portugis itu. "Biar saya selesaikan tugas saya dulu. Yang mau pulang di kanan saya, yang mau tugas ke belakang saya," ujar Prabowo kepada seluruh anak buahnya.

Sontak suasana malam itu menjadi hening. Tanpa berpikir panjang, seorang anggota pasukannya berlari ke belakang Prabowo. Dia memilih bertahan untuk memerangi milisi Fretilin. Langkah itu diikuti prajurit lainnya. Semua anak buah Prabowo memilih setia mengikuti sang komandan.

"Komandan mau Selapa, berarti kita pulang," ujar seorang sumber Selasa pekan lalu saat ditemui merdeka.com di sebuah hotel di bilangan Cikini, Jakarta Pusat.

Dikenal berotak encer, karier Prabowo sebagai tentara moncer. Dia diberhentikan secara hormat dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Putra dari begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini kini bertarung lagi dalam pemilihan presiden dua bulan mendatang.

Bagi mantan anak buahnya selama bertugas di Timor Timur, Prabowo dikenal sebagai komandan tegas dan selalu memikirkan kesejahteraan prajuritnya. Bahkan dia selalu ada di barisan depan bersama serdadunya. Prabowo tidak pernah meninggalkan pasukannya di medan perang. Panggilannya di radio komunikasi dikenal dengan sebutan Kancil. "Dia selalu ada di posisi paling bahaya," tuturnya.

Hashim Djojohadikusumo mengakui awalnya keluarga tidak merestui kakaknya terjun menjadi tentara. Ayahnya berkehendak lain. Dia ingin Prabowo meneruskan sekolah hingga sarjana di luar negeri.

Namun langkah diambil Prabowo untuk sekolah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) - sekarang berganti nama menjadi Akademi Militer - di Magelang, Jawa Tengah, sudah bulat. Sebagai bukti, Prabowo menjadi lulusan terbaik pada 1974. "Awalnya keluarga tidak merestui," kata Hashim kepada merdeka.com Jumat pekan lalu di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya.

Penghasilan prajurit saat itu pas-pasan. Apalagi untuk membantu keluarga, terbilang sulit. Sumber yang sama bercerita seorang anak buah Prabowo pernah membeli radio buat hiburan dirinya di barak.

Prabowo marah mengetahui hal itu. Dia menyuruh radio itu diberikan kepada keluarganya. Sebagai ganti, dia membelikan televisi berikut radio untuk semua anak buahnya di barak. "Saya ingat waktu zaman saya, pulang tugas kita beli radio. Beliau bilang, 'Sudahlah itu kamu kasihkan ke orang tua'," kata sumber itu.

Bahkan saat hendak bertugas ke Timor Timur, seluruh anak buahnya disuruh melengkapi kekurangan kebutuhan pribadi di Koperasi. Semua dibayar lunas tanpa memotong gaji mereka.

Pesan Prabowo hingga kini masih disimpan dalam-dalam oleh anak buahnya. "Saya nggak mungkin kasih uang, nggak mungkin kasih beras, maka saya berikan nama baik. Itu beliau pesan ke para prajurit," ujarnya mengingat.


Sumber : merdeka.com

Mengingat Kembali Petrus. Penjagal Preman pada Zaman Soeharto

06.11
Awal periode 1980an, kejahatan merajalela di Kota-Kota Besar di Indonesia. Para preman tak takut lagi memeras, membunuh dan memperkosa. Warga ketakutan dan tak berdaya menghadapi para preman itu.

Kota Bandung salah satunya. Para preman dengan enaknya meminta uang di pasar dan terminal.

Namun tiba-tiba, mayat-mayat ditemukan bergelimpangan. Sebagian ditembak di kepala. Sebagian ditemukan dengan mata melotot karena tewas dengan leher terjerat. Mayat-mayat itu tak disembunyikan. Sengaja dibuang di tengah keramaian supaya orang-orang lihat.

Warga mengenali orang-orang ini sebagai preman dan penjahat yang bikin resah. Menyebarlah teror itu. Para eksekutor disebut Petrus atau Penembak Misterius, sementara korbannya disebut Matius atau Mati Misterius.

Bisik-bisik terdengar di seantero Kota. Pria-pria berbadan tegap naik jip menjemput paksa satu demi satu targetnya. Yang naik ke jip itu dipastikan mati. Sampai-sampai jip kanvas identik dengan operasi Petrus.

Para preman dan penjahat ketakutan. Ada yang lari sampai masuk hutan menghindari kejaran petrus. Baru berani kembali beberapa tahun kemudian.

"Orang-orang bertato ketakutan. Dulu pemilik tato dianggap sebagai penjahat. Banyak yang menyetrika kulit mereka supaya tatonya hilang. Sakit sekali memang, tapi daripada mati dijerat Petrus," kata seorang warga Bandung yang dulu sempat merasakan era Petrus.

Hendra (60) mengakui setelah Petrus beraksi, Terminal Kebon Kalapa yang dulu penuh preman benar-benar sepi. Entah kemana perginya semua preman itu.

"Saya ingat dulu ada perempuan botak ditato hampir diseluruh tubuh. Setelah ramai-ramai petrus, tak pernah terlihat lagi," katanya.

Teka-teki Petrus akhirnya diungkap sendiri oleh Presiden Soeharto. Presiden Soeharto secara terbuka mengakui petrus memang dibuat untuk membuat para penjahat takut. 

Soeharto muak melihat orang tua dirampok lalu dibunuh. Ada juga istri dirampok dan diperkosa di depan suaminya.

"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan. Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan ya, mau tidak mau ditembak. Karena melawan, maka mereka ditembak," kata Soeharto dalam buku biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan G Dwipayana.

Lalu untuk shock theraphy, sengaja mayatnya dibuang agar jadi tontonan dan membuat preman lain keder.

"Supaya orang banyak mengerti bahwa terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Tindakan ini dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas kemanusiaan itu," beber Soeharto.

Petrus terbukti efektif meredakan kejahatan para preman itu.

Komnas HAM mencatat ada 2.000 korban selama petrus gentayangan. Sumber lain menyebut korban petrus mencapai 10.000 orang. Tahun 2012, Komnas HAM menyimpulkan petrus adalah pelanggaran HAM berat.

sumber : merdeka.com

Bagaimana menurut anda?

Keren! Kisah Prabowo Membantu Menghancurkan Pimpinan Komunis Kamboja, Pol Pot.

02.16
Sepak terjang Prabowo Subianto di satuan Kopassus sangatlah menarik untuk diceritakan, bagaimana Kopassus ikut terlibat dalam membantu membenamkan rezim brutal komunis Kmer Merah dan menangkap Pol Pot Pelaku Kejahatan Manusia di Negara Kamboja.

April 1975, suasana Phnom Penh memanas karena terjadi perang memperebutkan kekuasaan Negara Demokratik Kamboja antara pihak Pol Pot yang beraliansi dengan partai - partai komunis lain dengan pendukung Sihanouk. Setahun kemudian, kubu Sihanouk kalah dan Pol Pot diangkat sebagai Perdana Menteri Kamboja, setelah ia terpilih lagi menjadi sekretaris partai.

Pol Pot akhirnya harus menghabisi kawan sendiri demi kestabilan posisinya. Selain kejam pada kawan sendiri, Pol Pot juga menunjukkan kediktatorannya sebagai pemimpin dengan memerintahkan rakyat untuk pindah ke perkotaan dan bekerja. Perintah Pol Pot ini menyebabkan terjadinya ledakan penduduk di ibukota yang dalam waktu singkat populasi disana bertambah sekitar satu juta jiwa. Program kerja paksa membuat rakyat menderita kelaparan, dan parahnya mereka tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.

Lebih dari 3 dasawarsa rakyat Kamboja merasakan kekejaman yang dilakukan seorang anak manusia bernama Pol Pot. Sejarah lalu mencatat bahwa Pol Pot mewakili satu paham yang kemudian mendapat stigamatisasi negative, Komunis. Pol Pot bukan wakil jahat dari rezim yang mengatas namakan paham yang  dibuat oleh Karl Marx dan Engels ini. Sebut saja, Stalin, si tangan besi, lalu ada beberapa pemimpin dunia sebelum Pol Pot berkuasa yang mengatas namakan Komunis membantai ribuan bahkan jutaan rakyat tak berdosa di berbagai belahan dunia lainnya. Komunis kemudian menjadi musuh dalam kehidupan sosial, utamanya di negeri ini pasca tragedi sejarah yang penuh dengan misteri, peristiwa 1965.

Diperkirakan 500.000 rakyat kamboja dibantai (1970 – 1975) dan sejuta dibunuh atau mengalami kerja paksa sampai mati oleh rezim komunis Khmer Rouge (1975 – 1979).

Ada sekitar 343 “ladang pembantaian”, seperti Choeung Ek tersebar di seluruh wilayah Kamboja. Tetapi, Choeung Ek adalah “ladang pembantaian” paling terkenal. Pasalnya, sebagian besar korban yang dieksekusi di sana adalah intelektual dari Phnom Penh.

Penjara S-21 atau Tuol Sleng adalah organ rezim Khmer Merah yang paling rahasia. Pada 1962, penjara S-21 merupakan sebuah gedung SMA bernama Ponhea Yat. Tuol Sleng yang berlokasi di sub-distrik Tuol Svay Prey, sebelah selatan Phnom Penh, mencakupi wilayah seluas 600 x 400 meter. Setelah Phnom Penh jatuh ke tangan Pol Pot, sekolah diubah menjadi kamp interogasi dan penyiksaan tahanan yang dituduh sebagai musuh politik.

Demikian pula kisruh antara Pihak Norodom Sihanouk dan Hunsen yang menginginkan sebuah negara berbentuk Republik, Pak Harto dan Mahathir Muhammad pun turun tangan membantu permasalahan Kamboja. Setelah tercapai kesepakatan ditentukan Norodom Sihanouk sebagai Raja dan Hunsen sebagai Perdana Menteri, Tapi masih dirongrong oleh Kmer Merah. Pol Pot masih mengendalikan Kmer Merah dari tempat persembunyiannya.

Munculah Ide dari Pemimpin Kamboja saat itu untuk melawan Komunis Kmer Merah, Pada Tahun 1995 mereka mengirim 1 Kompi (Dua Tahap 1995 dan 1996 Komandan dan Wakilnya) pemuda yang militan ke Indonesia dan Dilatih oleh Kopassus, saat itu Prabowo Subianto berpangkat Kolonel dan menjabat sebagai Danpusdik Passus Batujajar. 

Melatih pasukan Khusus Kamboja ini bukanlah hal yang gampang, mereka terbiasa hidup dihutan dan cenderung liar serta suka mengeluh dan cepat putus asa, jika dihadapkan kepada medan berat moril mereka langsung turun, tidak jarang mereka menyerah dan dipulangkan. Jika mereka berjalan, mereka hanya menghafal beberapa kata - kata dalam bahasa Indonesia "Komando Kalau Jalan Naik - Naik Terussss, Kalau turun, Turun terussss, Pelatih Enak Naik Mobil".

Buk..!!! Terdengar suara pukulan tali togel rim menghantam punggung mereka, cara ini dilakukan agar mereka berhenti mengeluh. Bahkan mereka tidak bisa membuang kotoran di lobang WC, para pelatih harus sabar menghadapi mereka, ini adalah Komando yang paling susah disaat Tahap Basic, tapi jika mereka bermain di hutan, mereka sangat Lihai karena mereka terbiasa bergerilya tapi tidak teratur dalam susunan formasi tempur.

Yang unik adalah, diantara mereka tidak ada yang berpangkat Tamtama, minimal Sersan Mayor, Mayor dan Kolonel, padahal pelatih mereka ada yang berpangkat Prajurit Satu, Mengapa..??, karena di negara mereka, Jika pasukan mereka berhasil membunuh Kmer Merah berpangkat lebih tinggi dari mereka maka itu pangkat tersebut langsung menyandang di pundak mereka. Bayangkan Jika mereka membunuh Jenderal, maka dia akan langsung menjadi Jenderal.

Selama 7 bulan mereka dilatih dengan materi hanya 66 %, hampir setiap hari Prabowo Subianto mengontrol mereka dan melaporkan kepada Satuan Atas dan Kerajaan Kamboja tentang perkembangan mereka dan mereka disebut dengan KOMANDO-67 yang menjadi Cikal BakalBatalyon Para-Komando 911. Pasukan itu merupakan bagian dari tentara Kerajaan Kamboja (Royal Cambodian Army). Dari Komando inilah Prabowo Subianto menerapkan sistem pendidikan Manusiawi, Pelajar jika tidak ada kegiatan pelajaran jam 10 malam wajib tidur, Belajar diruang belajar menggunakan Proyektor dan Ruang Makan buka 24 Jam serta ada Ekstra Puding seperti jaman Jenderal Yusuf.

Betapa bahagianya mereka setelah dilantik di Permisan Nusakambangan dan langsung mengenakan Baret Merah dan Loreng Darah Mengalir Kopassus dan menjadi seragam mereka sampai saat ini. setelah konsolidasi mereka kembali ke negaranya Kamboja, dengan tekad didada mereka, akan menjaga negaranya, menghancurkan Kmer Merah dan memburu Pol Pot.

Selama mereka berada di Kamboja, terjadi insiden kontak tembak mereka dengan Pasukan Kmer Merah, mengakibatkan 3 personel mereka gugur, melihat hal itu, Prabowo Subianto pun berangkat ke Kamboja membawa 15 orang Prajurit Parako untuk mendampingi Pasukan Komando 911 Kamboja. Ke 15 orang anggota Kopassus ini melebur di setiap Regu pasukan Kamboja, kemudian regu ini dipecah menjadi unit-unit kecil agar mobilisasi cepat dan evisien dalam bermanuver. 

Operasi Sandi Yudha (Intelijen Kopassus) pun berjalan, didapat Informasi akan melintas 200 lebih pasukan Kmer Merah, 2 regu dipersiapkan untuk menghadang mereka serta Kiling Room, 2 regu lagi sebagai penutup untuk menyekat agar mereka tidak bisa meloloskan diri dan mencegah bantuan dari Kmer merah.

Pada siang hari melintaslah pasukan Kmer Merah tapi diantara mereka tidak terdapat Pol Pot, tepat mereka masuk di Killing Room, Door..!!tembakan pertama di sahut oleh ledakan Granat dan Ranjau, ini benar benar penghadangan yang disiapkan, mayat Kmer Merah bergelimpangan tak karuan, beberapa diantara mereka ada yang berusaha meloloskan diri dalam keadaan terluka tapi di hadang oleh Tim Penutup, tinggal beberapa orang saja diantara mereka yang masih hidup itu pun sebagian mereka ada yang terluka.

Prabowo Subianto memerintahkan seluruh mayat diserahkan ke Pemerintah Kamboja, sedang yang masih hidup dilakukan interogasi secara terus menerus, diantara mereka mengaku dimana keberadaan Pol Pot, pasukan pun Konsolidasi dan mulai memburu Pol Pot dan menyergap Pol Pot yang selalu berpindah pindah tempat setelah 3 hari memburu, Pasukan mendapatkan sebuah pemukiman ditengah hutan dan menyergap.

Dunia pun geger tahun 1997 Pol Pot ditangkap oleh Batalyon Komando-911 yang didalamnya ada personel Kopassus, Pol Pot dibawa ke pemerintah Kamboja, Penjahat Kemanusiaan ini hanya dikenakan Tahanan Rumah. Seluruh Personel Kopassus pun di Tarik ke Pnom Pen dan mendapatkan ucapan selamat dari Norodon Sihanouk dan Hunsen dan Prabowo Subianto mendapat sebuah kehormatan dari Kerajaan Kamboja menjadi Warga Negara Istimewa Kamboja.

Jadi, Pak Prabowo Mendapat Kewargaan Kehormatan pertama kali bukan dari Jordania tapi dari Pemerintah Kamboja.

Pada 15 April 1998, Dunia bersyukur Pimpinan Komunis dan Pelaku Kejahatan Kemanusiaan di Kamboja bernama POL POT hilang dari peredaran dunia dan disusul penangkapan tokoh - tokoh Kmer Merah yang lainnya.

Silahkan di share

Sumber : harkal.blogspot.co.id


Inilah Kisah Sjafrie Sjamsoeddin. Jendral yang Berani Menodongkan Pistol ke Pengawal Presiden Israel

02.12
Kawasan Glodok, Agustus 1998. Presiden BJ Habibie mengunjungi kawasan yang belum lama menjadi pusat penjarahan. Massa berkerumun disepanjang jalan padat pertokoan yang dilalui Presiden. Mereka tampak antusias dan hendak mendekati Presiden.

Pangdam Jaya, Mayjen Syafrie Syamsudin yang berada dalam rombongan presiden tiba-tiba memacu langkah bergerak cepat ke depan mendahului rombongan. Tak berapa lama, sambil memegang tongkat komando, ke dua tangannya diangkat tanda menghalau massa yang hendak menyerbu presiden. Serentak massa menghentikan langkah.

Sekitar tiga tahun sebelumnya, Syafrie pernah membuat pengawal Presiden Israel bertekuk lutut. Tepatnya 22 Oktober 1995 di Presidential suite, lt. 41 hotel Waldorf Towers, New York, saat Presiden Israel Yitzak Rabin minta bertemu Presiden Soeharto namun awalnya tak mau menuruti prosedur pengamanan standar Paspampres.
    
Sempat adumulut, pengawal Presiden Israel dengan arogannya menodongkan senjata Uzi ke perut Syafrie yang tetap ngotot masuk dalam lift. Namun kalah cepat dengan kegesitan tangan Syafrie yang lebih dulu menempelkan moncong pistol ke perut tentara Israel itu. Sambil menatap mata Syafrie yang tangannya siap menarik pelatuk.

"Sorry I understand it," ujar pentolan Mossad itu sambil menurunkan arah senjatanya. Bahkan PM Israel pun ikut cemas lantara dua orang Paspamres lainnya juga sudah siap menumpahkan peluru. Alhasil Yitzak Rabin rela menuruti prosedur pengamanan Paspamres dan menunggu 15 menit karena memang datang lebih awal dari jadwal diterima Pak Harto.

Syafrie memang petarung. Pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952 dan lulusan terbaik AKABRI 1974 ini tergolong sering menyabung nyawa. Terlibat operasi di Timor Timor dan Aceh, Syafrie adalah tentara para komando yang kenyang pengalaman tempur di lapangan sebelum ditarik menjadi Paspamres dan ajudan Presiden.

Sempat menjadi Danrem Surya Kancana Bogor, Syafrie menghabiskan karir teritorial di Ibukota. Pernahkan menjadi Kasdam Jaya, Syafrie adalah Pangdam Jaya saat terjadi gelombang reformasi 1998. Tak heran jika pria Bugis ini mengenal ibukota dengan detil. Baik masyarakat maupun sudut-sudut kota Jakarta.


Mengenyam pendidikan komando di Amerika, Syafrie beberpa tahun kembali ke Mabes TNI. Kepiawaian manajerial membuat dia dipilih membenahi Kementerian Pertahanan sebagai Sekjen sejak 2005. Karirnya terus menanjak hingga meraih bintang tiga dan menduduki jabatan Wakil Menteri Pertahanan sejak 2010-2014.

Syafrie memiliki hubungan dekat dengan berbagai kalangan masyarakat ibukota. Suami Etty Sudiyati ini akrab dengan para ulama dan tokoh Betawi. Maklum sejak saat menjadi Pangdam, Syafrie sudah sering blusukan ke berbagai wilayah ibukota. Selain itu juga akrab dengan berbagai elemen masyarakat lain di ibukota.(ris/dbs)

Sumber : teropongsenayan.com


Enak Gak Sih Jadi Istri Tentara? Ini Lho Kisah Suka Dukanya,

02.06
Nukilan thread ini dipesembahkan buat adik-adik, mbak-mbak, eneng-eneng, yang bakal atau akan menjadi pendamping seorang tentara. Ingatlah, banyak suka dukanya.

Kisah ini, dari seorang istri prajurit yang berinisial D ( nama terpaksa disamarkan ), hasil postingannya di sebuah mailing list beberapa tahun lalu. Cukup inspiratif dan bisa menambahkan pengetahuan untuk bakal calon pendamping prajurit.

Obrolan ku dimulai ketika aku terjebak di rumah seorang tentara. Wuih, kesannya kaya lagi di medan perang aja ya? hehe. Saat itu aku sedang berkunjung sebuah asrama markas tempur angkatan darat. Misi ku kali itu, berkunjung. Ya, berkunjung saja! Pengen tau gimana suasana tempat para militarian itu berkumpul.

Namun, ketika berkunjung, seorang yang seharusnya menemani ku, tiba-tiba dipanggil. Judulnya, kumpul data katanya. Entah apa yang diobrolkan dalam perkumpulan itu, tetapi, inilah hal pertama yang aku simpulkan. Kegiatan militer itu ternyata tidak selalu dengan schedule yang rapih. Bahkan cenderung dadakan semuanya. Jadi harus monitor dan siaga terus kemana-mana. Mungkin itu terkait juga dengan senior atau junior nya tentara tersebut dalam sebuah satuan. Kalau masih junior, yah pasti selalu jadi sasaran tugas-tugas dan perintah ini itu. Tapi, katanya si ini gak berlangsung lama (stahun gak lama, kan?) Setelah memiliki junior lagi, tugas-tugas akan menjadi lebih ringan. *nasib jadi junior*

Well, kurang lebih 4 jam aku menghabiskan waktu ngobrol dengan ibu itu. Lebih tepatnya mendengarkan banyak cerita tentang pengalamannya menjadi istri tentara, layaknya memberikan tips pada calon pengantin yang akan menikah dengan seorang tentara (padahal, berulang kali aku menekankan bahwa rencana itu tidak dalam waktu dekat ini).

Buat para wanita, jangan mengharapkan materi dari tentara. Mereka gak punya itu. Harus terima apa adanya, gaji tentara yang ‘katanya’ pas-pas an itu. Tinggal di rumah sederhana juga. Kalo mau istri yang berfoya-foya sebaiknya jangan jadi istri tentara, mending jadi istri pengusaha sukses aja. Kata ibu itu, pinter-pinterlah mengatur uang belanja, karena yang ada, ya, cuma segitu. Seberapa dikitnya, aku sendiri juga kurang tau, selain itu juga ga enak ngomongin gaji pacar sendiri 
 (anyhow itu tergantung dari cara kita mensyukurinya, sedikit, tapi bersyukur, mungkin gak akan jadi masalah). Selain itu, adalah wajib hukumnya, untuk turut peduli dengan kesejahteraan anggota. Maka, tak jarang, kocek pribadi pun turut ambil andil.

Sedikit ngomongin tentang enak nya, katanya jarang tentara yang kimpoi lagi (kimpoi lagi jarang, tapi selingkuh? Mmmhh meragukan 
kecuali masalah nya udah parah banget. Jadi, sedikit tenang kalo jadi istri tentara, sedikit sekali yang kimpoi cerai walaupun ada. Untuk kasus-kasus asusila yang dilakukan tentara, akan sangat mempengaruhi karir si tentara tersebut. So, biasanya tentara (yang waras) lebih memilih untuk tidak bermain api daripada karir militer nya hancur. Tentunya siapa yang mau menghancur kan karir dengan segala perjuangan yang udah susah payah di dapat (untuk menjadi tentara, banyak banget seleksi nya, hanya yang pantas, yang menang).

Menjadi istri tentara, jangan berharap terlalu banyak untuk dipuji, atau digombal2in (walaupun udah jadi naluri setiap lelaki, untuk jadi penggombal). Karena seringkali mereka buruk untuk itu, sekalinya ngegombal, rasanya kok garing dan ketauan ‘basi’ nya. Hehe, lingkungan pergaulan membuat mereka terlalu asik dengan dunia mereka sendiri *autis*, jadi kadang gak ngerti how to treat his princess well.

Si ibu menekankan bahwa yang penting bisa volley, tennis, dan nyanyi! Aku mengkerutkan dahiku. Ya, ternyata di sebuah batalyon (semacam markas TNI) ada tips khusus agar selamat menjadi istri tentara. Bisa melakukan ketiga aktivitas itu. Hualah, aku sendiri agak bingung apa hubungannya menjadi istri tentara dengan volley, tennis, dan nyanyi. Ternyata bukan straight to the activity, tapi lebih kepada relationship nya. Sangat penting, bisa membawa diri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama istri-istri tentara (Ibu-ibu PERSIT) baik atasan maupun bawahan. Mungkin saat itu, ibu komandan suka dengan 3 aktivitas itu. Anyway, kalau suatu saat aku jadi ibu komandan (aminnn) anggotanya harus bisa berenang dan berkuda. Walahhhh, heboh benerr! 
 Dan ternyata, bukan hanya para suami (tentara) yang banyak kegiatannya. Ibu-ibu nya pun gak kalah banyak. Kalo suami-suami bisa rapat atau latian sampai tengah malam, ibu-ibu nya gak mau kalah, bisa arisan (ngobrol2, sorry to say ’gossip’!) sampe tengah malam juga. Itu semua tergantung dari istri komandan nya. Jadi, nasibbb, kalo dapet komandan (dan ibu komandan) yang insomnia (penyakit susah tidur), bisa-bisa kebagian gak boleh tidur juga. Bah!

Hati-hati bercanda dengan ibu komandan, jangan pernah merasa sok akrab. Salah-salah bisa kena tegoran. Wah, serem juga yah, seperti ada barrier dalam bergaul. Padahal sering kali bercanda itu sangat ampuh untuk mencairkan suasana dan menciptakan kehangatan. Dari obrolanku, menjadi istri tentara memang banyak sekali aturannya. Kadang kita harus melakukan yang gak kita suka. Tapi, mungkin, ada baiknya jangan terlalu parno duluan menjadi istri tentara. Sebenarnya menjadi istri siapa pun, atau peran apa pun yang kita miliki di dunia ini, terdapat keadaan memaksa yang sebenarnya gak kita inginkan, tapi harus. Mungkin lebih baik, kita gak boleh berhenti belajar untuk ikhlas.

Yang harus menjadi perhatian juga, karena biasanya keluarga tentara tinggal di asrama militer, jadi, hubungan dengan tetangga akan sangat dekat. Mungkin agak berbeda dengan sebagian lingkungan tempat tinggal di Jakarta atau kota besar lainnya yang tidak memiliki kehidupan bertetangga (sebagian pasti mengalami hal itu, kan?). Karena hubungan ketetanggaan yang cukup erat, maka berhati-hatilah dengan bisik-bisik tetangga (lah kaya lagu dangdut ya 
 )

Untuk melengkapi, menjadi istri tentara kita harus siap untuk berbagai risiko menyangkut profesi suami. Termasuk menjadi yang kesekian karena harus berbagi cinta dengan negara. Oh, tidakkkkk!!

Bagaimana menurut anda? 

Sumber : kaskus.com