Apapun alasannya, yang namanya main hakim sendiri tidak pernah dibenarkan. Toh, Indonesia sudah memiliki pihak yang berwajib yang bertugas menegakkan hukum. Tapi sayangnya, hingga saat ini banyak masyarakat yang begitu mudah terprovokasi dan melakukan tindak main hakim sendiri. Terlebih jika bersinggungan dengan kasus pencurian, warga dengan begitu ringan tangan mengeroyok hingga korbannya tewas. Walhasil, para pelaku pengeroyokan juga bakal tersandung masalah hukum. Bukannya menyelesaikan masalah, nyatanya timbul masalah baru yang lebih berat. Bukan hanya sekali dua kali terjadi, namun berkali-kali. Berikut ini adalah beberapa contoh kasus main hakim sendiri yang membuat korbannya tewas, padahal masalah pemicunya sangat sepele.
Diduga mencuri ampli, pria dibakar massa hingga tewas
Malang benar nasib seorang tukang service TV di Bekasi ini. Karena dituduh maling ampli di masjid, ia harus merenggang nyawa setelah dibakar oleh warga. Cerita tersebut makin viral di sosial media karena postingan seorang netizen. Diceritakan bahwa sebenarnya pria tersebut hanya numpang shalat ashar di masjid Desa Muara Bakti. Dia terpaksa membawa ampli miliknya masuk ke dalam masjid karena takut hilang jika ditaruh di jok motor. Saat keluar dari masjid, seorang warga melihatnya membawa ampli dan mengira bahwa dia adalah maling. Sontak saja teriakan maling membuat warga naik darah. Seketika korban jadi sasaran kemarahan warga. Pria tersebut sudah berusaha menghindar, bahkan berlari ke kampung sebelah. Namun warga justru terus mengejar dan mengamuk. Bahkan ada yang menyiram dengan bensin hingga membakarnya hidup-hidup. Pria tersebut pun tewas dengan luka bakar parah tanpa ada yang menolong. Pengepul petai dikira penculik dan dihajar massa Isu penculikan anak awal tahun 2017 lalu juga memberi dampak yang sangat mengerikan. Bukan hanya memberi rasa khawatir pada orangtua yang memiliki anak kecil, tapi ada juga korban nyawa. Sebut saja Maman Budiman, seorang pengepul petai yang dicurigai sebagai penculik hingga dikeroyok massa hingga tewas. Kejadian tersebut berawal saat Maman berniat menjemput anaknya. Rencananya, sepulang dari menjemput sang anak, korban berniat mencari petai dari petani yang nantinya akan dijual lagi di pasar. Namun ternyata, kedatangan korban mengundang kecurigaan warga. Sontak saja, warga yang termakan info hoax langsung menangkap korban. Masyarakat yang berkumpul makin ramai akhirnya tak mampu menahan amarah, mereka pun mengeroyok Maman dengan membabi buta hingga tewas. Diduga mencuri burung, remaja 16 tahun tewas dikeroyok warga Seorang remaja 16 tahun berinisial TP harus merenggang nyawa sesaat setelah warga ramai-ramai menghajarnya. Padahal, masalahnya begitu sepele, korban diduga mencuri burung milik salah satu warga. Diduga, korban melakukan aksinya bersama dua temannya. Namun, dua rekannya berhasil meloloskan diri, sementara TP habis diamuk warga. Sementara itu, ibu salah satu tersangka pencurian burung mengaku tak terima dengan tindakan warga yang main hakim sendiri. Mereka masih remaja, wajar saja jika bandel. Namun menegur mereka bukanlah dengan cara kekerasan, terlebih sampai membuat TP meninggal dunia. Masih ada hukum yang bisa membuat mereka menyadari kesalahan. Maling pisang tewas tragis ditangan massa Mei 2017 lalu, Indramayu digegerkan dengan pengeroyokan dua pemuda yang diduga maling motor. Salah satunya bahkan tewas mengenaskan setelah dihakimi massa. Kapolres Indramayu, AKBP Eko Sulistyo Basuki mengatakan bahwa korban sama sekali tak berkutik karena begitu banyak warga yang mengeroyok. Ketika polisi datang, korban Santo (19) sudah tewas. Sementara Egi (18) mengalami luka parah. Setelah dilakukan penelusuran oleh pihak kepolisian, ternyata kedua korban hanyalah pencuri pisang, bukan maling motor seperti yang dituduhkan warga. Polisi menyayangkan tindakan wa rga yang kerap main hakim sendiri, terlebih korbannya masih berusia remaja. Itulah sedikit contoh kasus main hakim sendiri yang kerap terjadi di Indonesia. Hanya karena hal sepele, bukankah sangat disayangkan jika harus ada nyawa yang dikorbankan? Semoga kejadian di atas menyadarkan kita untuk tidak mudah terprovokasi hingga melakukan aksi main hakim sendiri. sumber : boombastis
Kasus anggota TNI memukul petugas keamanan bandara beberapa kali terjadi. Rata-rata dipicu oleh anggota TNI yang tak terima disuruh melepas jam tangan atau sabuk. Mereka kemudian marah hingga memukul petugas. Yang terbaru, seorang anggota TNI AL Sertu MH memukul sekuriti bandara Soekarno-Hatta. Penyebabnya, Sertu MH hendak mengantarkan keluarganya yang pulang ke Jayapura. Karena cuma mengantar dan tentu tak memiliki tiket, Sertu MH dilarang masuk ke lokasi check in. Aturannya memang counter check in hanya untuk penumpang, dan pengantar tak boleh masuk. Petugas meminta Sertu MH meminta izin dulu. Namun setelah mengurus izin, ternyata keluarga Sertu MH tak bisa check in karena waktunya telah lewat. Sertu MH pun terlibat cekcok dan emosi hingga memukul petugas bandara berinisial NF. Kasus ini ditangani Polisi Militer TNI AL. Pihak Mabes TNI berkali-kali meminta anggotanya tertib dan tidak arogan di bandara. Ikuti aturan keamanan yang ada. Bahkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mencontohkan bagaimana berlaku tertib di bandara. Dalam foto yang diunggah oleh Puspen TNI, tampak Jenderal Gatot Nurmantyo sedang diperiksa dengan metal detector. Gatot yang mengenakan pakaian sipil tampak mengikuti standar pemeriksaan yang ada.
Hal ini sesuai dengan aturan keselamatan penerbangan yang disampaikan oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Menteri Budi menyatakan bahwa pelaksanaan dan penegakan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan setiap penumpang maupun barang yang akan diangkut dengan pesawat udara, wajib untuk diperiksa. Pemeriksaan tersebut menjadi tugas dan kewenangan petugas Avsec. "Ini dilakukan untuk menjamin tidak ada barang terlarang (prohibited items) yang dapat digunakan untuk melakukan tindakan melawan hukum yang tentunya dapat membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan," kata dia. Kalau Panglima TNI saja memberi contoh tertib. Malu dong prajurit yang arogan di bandara. sumber : merdeka.com
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mendorong Kejaksaan Agung membuka kasus penembakan misterius atau petrus dan membawanya ke pengadilan. Ketua Tim Ad Hoc Penyelidikan Pelanggaran HAM Yosep Adi Prasetyo mengatakan jumlah korban dari peristiwa penembakan misterius tahun 1982 sampai 1985 mencapai 10 ribu orang. Dari sekian orang yang dianggap preman oleh pemerintah Orde Baru, seorang di antaranya adalah Trimurjo alias Kentus. Ia menceritakan betapa ia sangat menderita akibat operasi petrus. Siapa saja yang dianggap gali atau preman, pasti mati ditembak secara misterius. Satu per satu nyawa teman-temannya hilang. Ada Wahyo, Tetuko, Kojur, Iren, Slamet Gajah, Slamet Gaplek, Polimron, Peno, dan Bandi Ponyol. Gundah akibat kematian beberapa teman, Kentus bersama Monyol dan Mantri, dua target petrus lainnya, minta perlindungan Lembaga Bantuan Hukum di Jakarta pada awal tahun 1983. Mereka mengadu pada Adnan Buyung Nasution (mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden), Yap Thiam Hien (pejuang HAM--sudah meninggal), Abdurrahman Saleh (mantan Jaksa Agung), dan Maqdir Ismail (pengacara). Berbekal informasi minim, jurnalis Tempo, Muh Syaifullah, mengubek-ubek perkampungan di kawasan lokalisasi Pasar Kembang hingga sekitar Tugu Yogyakarta untuk mencari Kentus. Tapi, ia tak menemukannya. Setelah menyisir informasi dari banyak orang, akhirnya Kentus bisa ditemui di rumah kontrakannya di Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen, Kota Yogyakarta, Kamis pekan lalu. Bagaimana kisah Anda jadi target petrus? Kalau di sini (Yogyakarta) disebut OPK (Operasi Pemberantasan Kejahatan). Ramai-ramainya akhir tahun 1982. Saat itu sedang ramai kampanye. Saya jadi disuruh mengawal Golkar menjadi semacam satuan tugas (satgas). Lalu ada teman saya namanya Wahyo ditembak di lokalisasi SG (Sanggrahan-sekarang Terminal Bus Giwangan Yogyakarta). Mengapa kawan Anda ditembak? Saya awalnya tidak tahu mengapa dia ditembak. Ditembak oleh siapa juga tidak tahu. Setelah meninggal, dan saya mau melayat, saya dilarang sama teman-teman. "'Enggak usah melayat. Kamu nanti ikut kena.' 'Kena apa?' 'Kena operasi gali.' Kata saya, 'Lah gali-gali kenapa? Saya enggak merasa jadi gali.' 'Kalau kamu melayat di sana, malamnya kamu bisa dibunuh,'" kata teman saya. Apa yang terjadi setelah itu? Lalu, satu hari setelah Wahyo mati ditembak, Tetuko sama Kojur, teman saya, juga mati bareng ditembak. Setelah itu, saya merasa tidak enak. Jangan-jangan nanti giliran saya ditembak. Kampung saya ini (Jlagran) kan dulu masuk dalam kampung blacklist. Lalu, setelah itu ada Iren, juga teman saya yang mati dibunuh. Ini tahun 1982 akhir mau masuk tahun 1983. Yang Iren itu ngeri. Dia ditembak di kandang babi di depan anak dan istrinya. Dia diberondong peluru. Setelah Iren meninggal, saya semakin resah. Setahu Anda, berapa orang yang dianggap gali di Yogyakarta ini yang ditembak mati? Kalau di Kota Yogyakarta ada 30-an mati ditembak. Bantul banyak banget. Kalau se-DIY lebih dari 200 orang yang mati ditembak. Menurut Anda, mengapa mereka ditembak? Lah itu kami penuh tanya mengapa mereka mati ditembak. Kami ini waktu itu pengawal Golkar. Tapi kalau Wahyo itu kerjaannya di terminal lama (sekarang Taman Hiburan Rakyat Purawisata). Dia di sana jualan tiket. Tetuko dan Kojur juga sama. Mereka dianggap gali. Kalau sekarang dianggap preman. Kalau saya kan hidup memang di jalanan. Tapi tidak pernah memeras atau mencuri. Kalau berantem sering. Saya juga menjadi penjaga keamanan di SMA Bhinneka di belakang Pasar Kranggan, Yogyakarta. Anda juga jadi target? Saat saya di SMA Bhinneka, tahu-tahu saya dicari oleh tiga orang, aparat semua. Satu saya kenal sebagai polisi dengan pakaian preman. Saya baru masuk kerja dan kebetulan ada di lantai atas. Saat tiga orang itu mencari, kepala sekolah saya bilang, "Sudah keluar tadi". Saat tiga orang aparat itu pergi, saya turun. Lalu enggak pulang dan tidak tidur di rumah. Apa yang Anda lakukan setelah melihat teman-teman Anda tewas ditembak? Di kampung saya, yang dituakan ada tiga. Pak Monyol, Pak Mantri, dan saya. (Kini Monyol sudah meninggal akibat kecelakaan, sedangkan Mantri menghadap Tuhan karena sakit). Kami berembuk, kalau tidak pergi repot. Kami menyuruh seorang bocah kampung sini (Jlagran) beli tiket kereta api. Tujuannya Jakarta, ke kantor LBH. Kami naik kereta Senja Utama. Saat itu kereta sudah jalan, kami kejar kereta itu. Sampai Jakarta bingung. LBH di mana juga enggak tahu. Lalu ada ide ke kantor Kompas. Saya minta tolong salah satu wartawan Kompas yang dari Yogyakarta untuk mengantar ke LBH, yang di Jalan Diponegoro. Di LBH ketemu Abdurahman Shaleh, Yap Tiam Hien, dan Adnan Buyung Nasution. Saya omongkan semua di sana. Apa tanggapan LBH? Kata Pak Buyung, ini soal OPK, to. Penembakan-penembakan itu, to. Pak Yap bilang ini urusan kecil. Saya jawab, urusan kecil, tapi orang-orang di Yogyakarta dibunuh. Pak Yap menangani kasus-kasus besar. Lalu saya diserahkan ke Pak Buyung, Pak Arman, dan Maqdir Ismail. Maqdir masih sangat muda, kayaknya baru lulus kuliah saat itu. Saya disuruh menginap di LBH. Waktu itu yang nangani OPK Dandim Yogyakarta. Saat itu dijabat oleh M. Hasbi. Saya menginap di LBH satu minggu. Akhirnya, Pak Hasbi tahu kalau saya di LBH Jakarta. LBH ditelepon sama Hasbi. LBH disuruh menyerahkan kami bertiga. LBH tidak mau. Lalu LBH minta surat jaminan hidup. Jika tidak ada surat jaminan hidup, maka kami tidak dipulangkan. Lalu Hasbi mengeluarkan surat jaminan hidup. Surat dikirim ke Pak Buyung dan kawan-kawan di LBH. Anda balik ke Yogyakarta bersama siapa? Kami pulang ke Yogyakarta naik kereta api. Yang mengawal kami Maqdir Ismail. Sampai di Yogyakarta, kami dijemput empat tentara pakai tutup kepala dan senjata laras panjang. Kalau sekarang seperti perlakuan kepada teroris. Mereka mau menculik kami. Pak Maqdir ngomong, 'Kalau Bapak ini mau menembak, tembak saya dulu, yang mengawal.' Dari LBH juga menjemput kami ada juga Pak Artidjo Alkostar. 'Tembak saya,' kata Artidjo. Akhirnya mereka mundur. Setelah dari stasiun, Anda dibawa ke mana? Oleh LBH saya dibawa ke Bu Marni Basyaruddin, orang LBH. Waktu di rumah itu, sering ada teror. Tiga hari di rumah Bu Marni. Teror melalui telepon. Rumah mau digranat, mau dibom. Bu Marni sampai stres. Lalu kami diserahkan LBH ke Kodim oleh Maqdir. Dititipkan di kantor Kodim di Jalan Sudirman, Yogyakarta. Satu minggu dimasukkan sel. Tidak ada penyiksaan. Tapi kami lihat temboknya itu banyak darah bercecer. Anda diteror? Kami diteror mau dibunuh ada. Ada tentara yang bilang, 'Temanmu sudah pada mati, kamu tak bunuh.' Kami makan beli sendiri. Dari Kodim, kami diserahkan ke Polres selama lima hari. Kami disel, tetapi pintu sel kami bertiga tidak dikunci. Tetapi sel lain penuh. Setiap hari saya diinterogasi. Saat di Kodim diperiksa juga, bahkan pengusaha-pengusaha Cina di Malioboro dikumpulkan untuk ditanya apakah saya pernah minta uang kepada mereka. Tidak ada yang bilang pernah saya mintai uang. Kalau pengusaha ada yang bilang bahwa saya pernah minta uang, saya pasti langsung ditembak. Apa yang Anda lakukan setelah keluar dari tahanan? Selama delapan tahun saya tidak kerja. Saya stres. Setiap Senin saya harus apel di kantor Koramil (Gedongtengen) selama enam tahun. Anak saya dua waktu itu. Mau kerja, di mana-mana saya ditolak. Saya bahkan diusir oleh teman sendiri. Jika ada di rumah orang, maka satu jam kemudian pasti rumah itu dikelilingi intel. Bagaimana Anda menghidupi anak-istri? Saya akhirnya jual nasi kecil-kecilan. Mau beli sepatu buat anak saja tidak kuat. Istri saya (Wahyu Handayani) kurus-kecil. Mau bayar sekolah anak juga sulit. Bahkan anak saya disuruh pulang mau dikeluarkan karena belum bayar SPP. Lalu saya bisa kerja. Pernah di Astra Credit Company 1992-1997. Beberapa perusahaan mengajak saya kerja. Sekarang saya kerja di perusahaan mebel untuk ekspor. BIODATA Nama: Trimurjo alias Kentus Lahir: Yogyakarta, 3 Maret 1955 Istri: Wahyu Handayani, kelahiran 1959 Anak: empat Cucu: tiga Alamat: Jlagran, Pringgokusuman, Gedongtengen, Kota Yogyakarta.
Suka penasaran nggak sih, apa rahasia badan tegap atletis ala anggota militer? Ternyata ada latihan Military Fitness Basic Training (MFBT) yang terinspirasi dari pelatihan militer Amerika. Kabar baiknya lagi, para penggemar olahraga kebugaran di Indonesia juga bisa mengikuti latihan yang menggabungkan pelatihan taktis, kebugaran dan martial arts ini. Di tempat latihan yang berlokasi di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, kita nggak akan menemukan peralatan fitness yang biasa ditemukan di gym. Peralatan seperti treadmill, barbel dan sepeda statis diganti dengan kantong pasir, tangga, tali tambang, rantai dan ban. “Ini adalah latihan dasar yang bisa dilakukan siapa saja. Kita bisa berlatih dimana pun dan kapan pun. Tidak ada peralatan khusus yang diperlukan. Pokoknya peralatan minimalis yang bisa membentuk badan,” kata Elberlino Tiwa, founder MFBT Jakarta yang pernah mengikuti U.S.Corps Training di San Diego, Amerika. Salah satu bentuk latihan dalam MFBT. (APTN) Layaknya olahraga lain, MFBT diawali dengan pemanasan. Setelah itu peserta langsung melakukan High Intensity Tactical Training (HITT). Caranya dengan mengangkat kantong pasir seberat 15 kilogram sambil melompati ban dan tangga yang direbahkan di lantai. Rata-rata satu sesi latihan berlangsung selama satu jam. “Seperti di militer, olahraga ini melatih orang untuk siap dengan kondisi apapun. Jadi tidak hanya fokus di satu latihan untuk membentuk otot tertentu. Tapi mendorong orang untuk lincah dan tangkas,” jelas Tiwa. Hasil MFBT terlihat jelas pada peserta yang rutin mengikuti latihan. Salah satunya Sri Rahayu Yulianty, yang turun sampai 70 kilogram setelah latihan selama 2 tahun. “Saya nggak sakit lagi. Pokoknya fit terus walaupun kerja sibuk, capek, tapi memang harus dipaksain. Karena tiap hari makan jadi tiap hari harus di-burn (kalorinya),”cerita Rahayu. Training ala militer ini diikuti peserta berusia 20-40 tahun. Semuanya mengikuti latihan kebugaran sesuai kemampuan tubuh masing-masing. Tapi walaupun sudah disesuaikan, sebaiknya calon peserta menjalani screening kesehatan terlebih dulu, karena MTBF termasuk olahraga berintensitas tinggi. Selain kebugaran fisik, latihan ini juga diklaim bisa menguatkan teamwork dan mental seseorang. Bagaimana, siap latihan fisik dengan gaya tentara? sumber : netz
Memanggul senjata bagi TNI adalah hal yang biasa, baik pada saat latihan mapun pada saat di daerah operasi. Karena senjata merupakan bagian penting bagi persesonel TNI dalam mempertahankan kedalautan NKRI ini. Selain pekerjaan TNI sebagaimana yang telah diposting oleh Twitter TNI Angkatan Darat pada 1 Agustus 2017 lalu. Foto yang viral di Medsos tersebut terlihat seorang TNI AD yang berpangkat Sersan Kepala telah memanggul seorang anak sekolah untuk menyeberangkan sejumlah anak sekolah. Kegitan penyebrangan ini rutin dilakukan setiap hari terutama pada pagi hari untuk membantu anak sekolah. Pekerjaaan ektra TNI ini tentulah bukan pekerjaan ringan tapi jiga membutuhkan keahlian khusus. Sebab jika dilihat sepintas, untuk memanggul anak sekolah sambil berpegangan di bambu tentunya harus ektra hati-hati. Karena jika tidak terbiasa bisa barikabat fatal dan harus memiliki nyali dalam menyebarangi sungai ini. Karena ketinggian dari permukaan sungai ini sekitar dua sampai tiga meter. Twiter yang diposting TNI AD dengan judul Semoga di daerah @Kendari ini segera dibangun jembatan...#anaksekolah. Artinya daerah ini tidak memiliki fasilitas jalan penyebrangan belum memadai. Sehingga para abdi negara seperti TNI AD yang bertugas di sana menyempatkan diri untuk membantu anak sekolah setiap pagi dan sorenya untuk meyebrangkan. Salah satu nitizen membalas postingan TNI AD yaitu إبن أبي @ibnaby_ memberi berkomentar dengan mengatakan bahwa “Bravo @tni_ad sebenarnya ini hal sepele, tapi perhatian kalian melebihi mereka yg bertanggung jawab atas itu”. Kebutuhan fasilitas seperti ini jika dilihat dalam foto tersebut, sungainya lebar dan dalam. Fasilitas penyebrangan terlihat hanya dengan dengan menggunakan kayu balok yang panjangnya sekitar satu setengah meter. Kemudia kayu tersebut di topang oleh bambu. Lalu diikat dengan tali nilon di tali penyebrangan sebagai penyangga utama. Penyebrangan tersebut antara seberang dengan seberang harus ada dua orang yang menarik tali tambang sehingga penyebrang bergerak menuju ke tepi peyebrangan. Personel TNI yang membantu melakukan penyebrangan anak sekolah tepatnya di wilayah Kodim 1306/Donggala Kendari, Sultra. Kegiatan tersebut sudah merupakan rutinitas TNI dalam membantu warga untuk menyebrang walaupun dengan fasilitas yang sangat minim. Informasi yang kami ketahui bahwa tempat peyebrangan ini dianggap efektif. Karena jika menggunakan jalan, tentunya akan memakan waktu lama untuk sampai ke tujuan. Jika menggunakan fasilatas penyebarangan ini hanya butuh waktu sekitar beberapa menit saja. Harapan kita bersama semoga pemerintah segera merealisasikan pembuatan jembatan penyebrangan untuk membantu masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Oleh karenanya kita berharap kedepan agar fasilatas jembatan di sungai tersebut harus segera dihadirkan. Mengingat jembatan tersebut sangat penting untuk digunakan para anak sekolah dalam meraih cita-citanya. Genarsi penerus bangsa itu ada pada anak sekolah. Untuk medukung cita-cita para generasi penerus tentunya harus ditunjang sejumalah fasiltas. Termasuk untuk membangun jembatan penyebrangan didaerah itu. Walaupun TNI tulus dalam penyebrangan, namun pemerataan pembangunan harus juga dapat dirasakan oleh rakyat di wilayah lain tanpa kecuali. sumber
Seorang preman di Pasar Tambun, Bekasi, memutuskan untuk bergabung dengan organisasi Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya. Bang Black, pria itu biasa dipanggil, menyatakan dapat hidayah dan ingin belajar ilmu agama lebih dalam. "Bang Black ini dari Aceh, enggak punya tempat tinggal, setiap hari jadi preman di Pasar Tambun," kata Sekjen FPI Bekasi Raya, Barkatullah ketika dikonfirmasi merdeka.com, Senin (31/7) malam. Menurut dia, bergabung menjadi Laskar FPI sejak sepekan lalu, Bang Black menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu belajar agama yang dipimpin oleh seorang habib "Kami sangat terbuka, dan berupaya membantu sesama yang ingin memperdalam ajaran Islam, dan menegakkan syariat-Nya," katanya. Menurut Barkatullah, warga Aceh dengan FPI mempunyai sejarah. Kala itu, kata dia, FPI mengirimkan 1500 relawan untuk membantu warga Aceh yang terkena musibah tsunami. "Bang Black mengenal FPI sejak masih di Aceh, karena jasa FPI di sana," ujarnya. sumber : merdeka
Satudarah Maluku Motorcycle Club (SatudarahMC), mendengar nama ini mungkin kita bakal berasumsi kalau geng motor satu ini berasal dari Indonesia. Kesannya mungkin begitu apalagi ketika merujuk nama, tapi Satudarah nyatanya berasal dari Eropa, lebih tepatnya Belanda. Dan sama seperti gangster lainnya, Satudarah juga sangat ditakuti. Di Eropa ada banyak gangster dengan pamor mentereng, tapi boleh dibilang Satudarah lah yang disegani di sana. Hal tersebut tak lain karena senioritas serta aksi-aksi brutal tanpa ampun yang jadi kebiasaan geng motor ini. Seperti namanya, geng motor ini diawali oleh orang-orang Ambon asal Belanda serta dua orang negeri tulip pada tahun 90an. Perkembangannya cukup cepat sampai akhirnya menjadi besar dan ditakuti seperti hari ini.
Masih soal geng Satudarah, berikut beberapa fakta darinya yang akan membuatmu merasa ngeri. Awal pendirian Satudarah MC Diambilnya nama Satudarah sebagai nama kelompok karena pendirinya mayoritas memiliki darah keturunan yang sama dari Indonesia (Ambon dan Suriname) dan juga mempunyai ketertarikan dalam dunia motor. Selain itu, nama Satudarah sendiri juga diambil dari istilah orang Maluku, yaitu “Katong satu dara” atau “Katong basudara” atau dalam artian Bahasa Indonesia adalah “Kita satu darah” atau “Kita bersaudara.”
Sedangkan logonya, yaitu dua kepala orang Indian yang berbeda warna dan menghadap berlawan arah memiliki artian keseragaman antar-sesama anggota namun tetap dalam satu kesatuan. Motto dari kelompok ini adalah “Black and Yellow Nation Worldwide.” Karena didirikan di Belanda, tentu saja basis terbesar dari geng motor satu ini ada di Negara Kincir Angin tersebut. Dalam progressnya di awal pendirian, Satudarah MC hanya memiliki sedikit anggota. Namun lama kelamaan, karena popularitasnya terus meningkat, maka jumlah anggota dari geng motor satu ini juga ikut naik. Cabang Satudarah MC di seluruh dunia Sampai sekarang ini, cabang dari gengmotor Satudarah MC ini sudah tersebar di berbagai negara di dunia, seperti di Australia (Brisbane, Adelaide, Sydney, Northern NSW), Belgia (District 9, Brabant, Limburg, Liege, Hainaut, Ardennes, Lakeside), Kanada (Toronto), Curacao, Jerman, Denmark, Prancis (Reunion, Riviera), Indonesia (Bali, Bogor, Depok, Maluku, Padang, Aceh, Jakarta), Malaysia (Kuala Lumpur, Victoria Isle), Maroko (Casa Blanca, Agadir), Belanda (Gouda, Hengelo, Apeldoorn, Tilburg, Beverwijk, Bergen op Zoom, Zwolle, Deventer, Amersfoort, Denbosch, Dordrecht, Groningen, Nijmegen, Utrecht, Amsterdam, Eindhoven, Rotterdam 28, Geleen, Zevenaar, Zaandam, Maghreb, Den Haag), Norwegia, Singapura, Spanyol (Sevilla), Suriname (Paramibo), Swedia (Malmo), Swiss (Azidi), Thailand dan Turki (Istanbul).
Sampai sekarang, sudah ada ribuan anggota dari Satudarah MC. Hanya saja khusus di Jerman, geng motor satu ini resmi dilarang berkembang karena dikhawatirkan berbahaya dan meresahkan masyarakat umum. Bahkan, beberapa penggrebekan secara serentak pernah dilakukan Pemerintah Jerman untuk membatasi sekaligus memangkas perkembangan Satudarah MC. Musuh Satudarah MC Tentu saja, karena setiap kelompok memiliki daerah kekuasan dan akan terus mengembangkan wilayah ‘jajahannya,’ maka salah satu rival terkuat dari Satudarah MC adalah gengmotor yang juga tak kalah terkenal di dunia, yaitu Hell’s Angel.
Di Belanda sendiri, Hell’s Angel sudah memiliki 17 wilayah yang mana beberapa di antaranya berdampingan dengan wilayah yang dikuasai Satudarah MC. Dikarenakan saling berebut popularitas, wilayah dan berlomba merebut anggota sebanyak-banyaknya, tidak jarang anggota Hell’s Angel dan Satudarah MC terlibat keributan. Tentang Satudarah, di satu sisi cukup bangga sih ketika mengetahui ada hal-hal yang berhubungan dengan Indonesia kemudian mendunia. Tapi, di sisi lain tidak demikian mengingat gangster ini terkenal bukan karena hal-hal buruk. Kecuali jika Satudarah adalah gangster yang memberdayakan manusia atau melakukan aksi-aksi kemanusiaan yang mendunia, baru kita bisa membanggakannya. sumber : boombastis